Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa Kota Pagar Alam adalah salah satu penghasil kopi terbesar di bumi Sriwijaya. Setiap tahunnya pasti banyak pohon-pohon kopi yang sudah tua dan di remajakan lagi. Pohon yang sudah tidak produktif biasanya dibuang, hanya bermanfaat untuk kayu bakar.
Hendri Mei mampu mengubah benda yang kurang bermanfaat itu menjadi sebuah kerajinan tangan yang menghasilkan uang. Pemuda yang bertempat tinggal di Kelurahan Sumber Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagar ALam ini menyulap batang kopi yang tak terpakai itu menjadi asbak. Asbak yang telah dipoles, dijualnya dengan harga Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000, tergantung dari segi kerumitan dalam pembuatan.
Caranya pembuatannya tidak terlalu rumit, dan sampai saat ini masih menggunakan cara manual, tidak menggunakan mesin. Hendri, begitu biasanya dia di panggil, menceritakan kepada kami caranya secara detail. "Awalnya batang kopi kami potong dengan tebal sekitar lima cm, tergantung model. Kemudian kami pahat dalamnya, setelah itu kami bakar. proses pembakaran ini bertujuan untuk memberikan warna kehitan-hitaman bagi asbak. Setelah itu kami haluskan dengan amplas. Setelah halus, baru kemudian kami cat", paparnya.
Bahan yang telah jadi, masih belum dipasarkan kemana-mana, menunggu pembeli yang datang kerumahnya. Kadang dia juga memasarkan ketika ada pameran.
Usaha ini dijalankannya semenjak lima bulan yang lalu."Usaha kami ini sudah kami jalankan sekitar lima bulan yang lalu, dan Alhamdulillah, hasilnya lumayan sebagai usaha sampingan", pungkasnya.
Hendri Mei, Pemuda kelurahan Sumber Kecamatan Dempo Selatan |
Hendri Mei mampu mengubah benda yang kurang bermanfaat itu menjadi sebuah kerajinan tangan yang menghasilkan uang. Pemuda yang bertempat tinggal di Kelurahan Sumber Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagar ALam ini menyulap batang kopi yang tak terpakai itu menjadi asbak. Asbak yang telah dipoles, dijualnya dengan harga Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000, tergantung dari segi kerumitan dalam pembuatan.
Asbak yang telah dibakar, tinggal menghaluskan. |
Caranya pembuatannya tidak terlalu rumit, dan sampai saat ini masih menggunakan cara manual, tidak menggunakan mesin. Hendri, begitu biasanya dia di panggil, menceritakan kepada kami caranya secara detail. "Awalnya batang kopi kami potong dengan tebal sekitar lima cm, tergantung model. Kemudian kami pahat dalamnya, setelah itu kami bakar. proses pembakaran ini bertujuan untuk memberikan warna kehitan-hitaman bagi asbak. Setelah itu kami haluskan dengan amplas. Setelah halus, baru kemudian kami cat", paparnya.
Asbak yang sudah jad |
Bahan yang telah jadi, masih belum dipasarkan kemana-mana, menunggu pembeli yang datang kerumahnya. Kadang dia juga memasarkan ketika ada pameran.
Usaha ini dijalankannya semenjak lima bulan yang lalu."Usaha kami ini sudah kami jalankan sekitar lima bulan yang lalu, dan Alhamdulillah, hasilnya lumayan sebagai usaha sampingan", pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar